Sabtu, 17 Desember 2011

kalajengking terbesar




Pterygotid eurypterids, yang hidup dari Awal Siluria untuk periode Devon, yang ditandai dengan kecil untuk exoskeletons besar dengan skala semilunar. The telson (ekor) yang diperluas, atau datar daripada tinggi. Pterygotids juga memiliki chelicerae (cakar di depan mulut) yang besar dan panjang, dengan kuat, gigi berkembang dengan baik pada cakar. berjalan kaki mereka kecil dan ramping, tanpa duri.

Pterygotus ini dapat dibedakan dari Pterygotids lain oleh distal margin melengkung chelae tersebut. The prosoma (kepala) adalah subtrapezoidal (sebuah trapesium dengan sudut dibulatkan), dengan mata majemuk terletak di dekat tepi sudut depan. telson memiliki carina punggung diucapkan (atau keel) mengalir di pusatnya, mengakhiri dalam tulang belakang pendek.

Pterygotus bisa mencapai panjang 2,3 meter (7 kaki 7), memiliki sepasang mata majemuk yang besar, serta sepasang mata yang lebih kecil di tengah kepalanya. Hal itu 4 pasang kaki berjalan, sepasang kelima diubah menjadi dayung berenang, dan sepasang chelae besar (penjepit) untuk menundukkan mangsanya. 6 terpenting tergites, atau bagian ekor, berisi insang dan organ-organ reproduksi hewan.


Pterygotus adalah kalajengking perenang dicapai dan bisa bergerak dengan kecepatan dan kelincahan melalui air. Ini akan berenang dengan mengepakkan panjang, ekor datar atas dan ke bawah, bagian, luas datar pada akhirnya akan mendorong melalui air yang dalam banyak cara yang sama seperti kebetulan di ekor paus tidak. Ini akan mengarahkan dan menstabilkan sendiri menggunakan kakinya. Pasangan yang lebih besar dari mata Pterygotus 'kuat bahwa itu adalah predator yang berorientasi visual. Dulu dayung untuk berenang, meskipun, itu mungkin bisa mempercepat dengan menggunakan ekornya sebagai dayung ketiga.

Itu adalah salah satu pemangsa teratas di laut Paleozoikum. Ia tinggal di daerah pantai yang dangkal, ikan berburu, trilobita dan hewan lain yang menggunakan stealth. Itu akan disergap mangsanya dengan cara mengubur dirinya dalam pasir. Kemudian, ketika ikan atau hewan tanpa disadari lain datang dalam jangkauan, Pterygotus akan bangkit dan ambil dengan cakarnya.


Pterygotus pertama muncul selama periode Silur, dan akhirnya mati selama awal hingga pertengahan Devon. Hal ini terkait dengan Jaekelopterus yang lebih besar dan air tawar Slimonia. Fosil telah ditemukan di semua benua kecuali Antartika.

Fosil Pterygotus relatif umum, meskipun kerangka yang lengkap jarang. Itu adalah salah satu yang terakhir dari kalajengking laut raksasa: spesies kemudian jauh lebih kecil dan lebih gesit. Penurunan dari kalajengking laut yang lebih besar mungkin berhubungan dengan kelambanan relatif mereka dan kerentanan mungkin selama molting, karena mereka tidak bisa melarikan diri ke tanah seperti kalajengking laut yang lebih kecil. Namun, yang terakhir ini tidak mungkin karena Pterygotus adalah seperti makhluk besar




sumber

sejarah pencak silat


Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Asal mula ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya seperti dalam tradisi suku Niasyang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Legenda Minangkabau, silat (bahasa Minangkabau: silek) diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada abad ke-11. Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh Asia Tenggara. Demikian pula cerita rakyat mengenai asal mula silat aliran Cimande, yang mengisahkan seorang perempuan yang mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet. Setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan (pendekar) yang dibanggakan, misalnya Si Pitung, Hang Tuah, dan Gajah Mada.
Peneliti silat Donald F. Draeger berpendapat bahwa bukti adanya seni bela diri bisa dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pada pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi Prambanan dan Borobudur. Dalam bukunya, Draeger menuliskan bahwa senjata dan seni beladiri silat adalah tak terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga pada hubungan spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan Indonesia. Sementara itu Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara lainnya. Perkembangan silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan spiritual. Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing.
Silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumateradan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah diJawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya yang juga mengembangkan beladiri ini. Beberapa organisasi silat nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia,Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games